Senin, 10 Juni 2013

Kanker Payudara (Carcinoma Mammae)


Kanker payudara
Kanker payudara atau Carcinoma mammae adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,cepat dan tidak terkendali.Sel yang tidak normal (Tumor Ganas) ini bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu,saluran susu,jaringan lemak maupun jaringat ikat pada payudara.Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan kedalam International Classification of Diseases (ICD).

Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor risiko yang
menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara.
Faktor Risiko oleh Winners4lifeindonesia.com
Beberapa faktor risiko yang berpengaruh adalah :
1. Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Setelah payudara yang terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada
payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia
55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.(semakin dini menarke,semakin besar resiko terkena.demikian pula dg menapouse ataupun kehamilan.semakin lambat menapouse dan kehamilan pertama,semakin besar resiko terkena).
7. Pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen.
8. Obesitas pasca menopause (Kegemukan setelah haid).
9. Pemakaian alkohol.
Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara.
10. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin
meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
11. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki risiko tinggi
menderita kanker payudara.
12 .Radiasi atau Penyinaran.Bisa dari sering melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan alat X-ray.
13.Pola Hidup : tidak menikah/menyusui,suka minum alkohol,merokok,sering mengalami stress berat.
Faktor resiko yang bisa dikendalikan
1.Berat badan
Memiliki berat badan diatas normal dapat memicu atau menambah resiko terkena kanker payudara terlebih bagi wanita yang telah mengalami masa menapouse.Jaringan lemak merupakan sumber dari produksi estrogen setelah tubuh mengalami menapouse.Sehingga semakin tinggi jaringan lemak,akan memperbanyak produksi hormon estrogen seseorang dalam hal ini wanita sehingga dapat memicu timbulnya kanker payudara.
Satu hal yang klise namun sangat optimal dan selalu berpasangan dg kata2 ‘berat badan’ adlh berolahraga.setidaknya 45-60menit tiap 2-3xseminggu.
2.Konsumsi Alkohol
3.Kadar Estrogen
Sel payudara tumbuh,baik normal maupun abnormal karena adanya stimulasi hormon estrogen,dibawah ini merupakan kadar estrogenyang masih dapat anda kendalikan,adalah dg membatasi dan mengurangiserta cegah:penggunaan obat2an hormonal,kelebihan berat badan,konsumsi alkohol.
5.Merokok
Wanita yg memiliki kebiasaan merokok dan belum pernah mengandung anak pertama,memiliki resiko 20% lebih tinggi menderita kanker payudara dibandingkan wanita yg baru mulai merokok setelah memiliki anak pertama atau tdk merokok sama sekali,dilaporkan oleh mayoclinic proceeding dari suatu hasil studi.
Faktorresiko diluar kendali
1.Jenis kelamin
Rata-rata kanker payudara terjadi pada wanita.Namun hal ini bkn berarti pria tdk memiliki risiko terhadap kanker payudara.Sel payudara  pada wanita secara konstan berubah-ubah,dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron,sehingga wanita lebih rentan terkena drpd pria.
2.Riwayat keluarga
Prof.Sun menambahkan untuk faktor keturunan hanya berpengaruh 15% yg ditularkan bkn kankernya tp kemudahan untuk terkena kanker lebih besar.
3.Kehamilan dan menyusui
Wanita yg pernah hamil dan menjalani pemberian ASI kpd anaknya dpt mengurangi resiko terkena kanker.Namun,bagi wanita yg belum pernah mengandung pertama kalinya diatas umur 30 thn mengalami resiko yg lebih besar.


Gejala dan Tanda
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan
dengan mudah di bawah kulit.
Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di
sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak
atau borok di kulit payudara.
Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau massa di ketiak,
perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan yang abnormal dari puting
susu
(biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah),
perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun
areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu),
payudara tampak kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik, puting susu
tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau pembengkakan salah satu
payudara.
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan,
pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
Pencegahan
Banyak faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli
kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa
mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah
diobati dan bisa disembuhan jika masih pada stadium dini.
Sadari, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur
penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.
Penatalaksanaan
Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh
terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi.
Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat
penghambat hormon.
Terapi penyinaran digunakan untuk membunuh sel-sel kanker di tempat
pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening.
Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang
berkembangbiak dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan
obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang
menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel
kanker di seluruh tubuh.
Jangan Takut
Walaupun dalam kehidupan kita sekarang ini tampaknya segala sesuatu dapat menyebabkan kanker, kita tidak perlu terlalu takut. Kanker tidaklah semudah itu menyerang kita. Tidak semua hal menyebabkan kanker. Juga, kanker tidak menular. Jika kita memiliki satu atau beberapa faktor resiko kanker, bukan berarti kita pasti menderita kanker. Memang beberapa orang lebih sensitif terkena kanker dibanding yang lain. Tetapi itu pun belum tentu! Jadi tidak usah takutlah, apalagi sampai stres. Kalau kita stres, justru stres itulah yang membuat kondisi kita buruk, dan memudahkan datangnya penyakit.
Pencatatan Dan Pemeriksaan Fisik Yang Cermat

Seringnya awal itu menjadi penentu. Pengumpulan data yang kelihatannya sepele ini menjadi penting maknanya tatkala di kemudian waktu informasi ini dibutuhkan. Data itu menyangkut umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan, riwayat keluarga, dan lain-lain. Hal ini akan berkaitan dengan faktor resiko seseorang terkena kanker. Dari penampakan dan pemeriksanan fisik saja seorang dokter bedah berpengalaman sudah bisa curiga tumor atau kelainan yang diderita pasiennya termasuk ganas atau tidak. Benjolan yang membesar agresif, tumbuh dalam waktu singkat, batas tidak tegas, terfiksir di bagian lain di sekitarnya, apalagi nampak adanya luka borok, dapat dicurigai suatu tumor itu ganas. Kecurigaan bertambah jika penderita tersebut mengalami penurunan kondisi secara drastis. Dari pemeriksaan fisik juga diharapkan pemeriksa dapat menentukan tumor primer yang jelas, adanya pembesaran kelenjar limfe, memperkirakan tumor tersebut bisa dioperasi bersih (operable) atau tidak, dan mencari apakah ada kelainan/penyakit lain yang diderita selain tumornya. Jika keadaan-keadaan ini luput dari perhatian dan dengan under estimate seorang dokter bedah gegabah melakukan tindakan operasi untuk mengangkat tumor secara langsung, bisa jadi tindakannya malah membangunkan macan tidur karena tidak menjalankan prinsip-prinsip onkologi secara benar. Atau lebih sering terjadi apa yang disebut hoopla surgery yaitu bedah dengan perasaan kaget melihat kenyataan jaringan tumor yang akan dioperasi tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya…

Penentuan Stadium Tumor

Berdasarkan pertemuan pakar onkogi sedunia telah disepakati bahwa patokan untuk menntukan stadium tumor ganas dinilai dari 3 hal yaitu TNM (tumor, node, metastase): besarnya tumor itu sendiri, node atau kelenjar limfe yang terkena di sekitarnya, dan ada tidaknya metastase. Pada tahap inilah selain pemeriksaan fisik yang cermat, dibutuhkan juga pemeriksaan penunjang lainnya, seperti foto x-ray dada, USG, bone scanning, CT scan, ataupun petanda tumor. Yang dicari adalah kemungkinan adanya penyebaran tumor di bagian organ yang dideteksi. Dari data ini kemudian ditentukan T-nya berapa, N-nya berapa, dan M-nya ada atau tidak. Perhitungan besarnya T dan jauhnya N dari tumor primer masing-masing kanker di lokasi tertentu di tubuh kita mempunyai topografi atau batas-batas tersendiri. Kemudian dari sini ditentukan stadiumnya. Stadium I, IIA, IIB, dan seterusnya. Misalnya tumor ganas paru berdiameter 4 cm, didapatkan pembesaran kelenjar di areal dekat saluran nafas pada sisi yang sama, tanpa ada penyebaran, maka termasuk T2N1M0 atau stadium II.

Pemeriksaan Biopsi

Pemeriksaan mikroskopik terhadap sample tumor yang bisa menggambarkan histopatologis –struktur dan kateristik sel- dari jaringan yang dicurigai kanker tersebut. Ini menjadi penentu seseorang dapat divonis terkena kanker atau tidak. Memang sangat dipengaruhi sekali pada saat pengambilan bahan biopsi, sudah dapat mewakili seluruh kondisi tumor atau belum. Ada beberapa cara pengambilan biopsi. Hal ini bisa dipilih dengan pertimbangan letak tumor, efektivitas pengambilan, fasilitas yang tersedia dan kemungkinan radikalitas tumor itu sendiri. Dikenal ada: open biopsy (eksisi dan insisional biopsy), biopsy jarum, trucut biopsy, punch biopsy, dan curettage biopsy (biopsi kerokan). Dari pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis, sifat sel tumor, dan tingkat diferensiasi (perubahan) sel dari struktur normal sehingga bisa diketahui seberapa ganasnya sel-sel tumor itu. Dari informasi ini kemudian dokter bisa memprediksi hasil therapy yang nantinya akan diberikan. Pengerjaan untuk melakukan biopsy dapat dilakukan sebelum pembedahan utamanya dikerjakan (yang ini lebih dianjurkan), atau bisa juga pada saat pembedahan sebagai upaya therapeutic. Yang paling penting diketahui bahwa apapun hasilnya, si pasien mempunyai hak untuk mengetahui dan mendapatkan hasil pemeriksaan patologi tersebut. Dan dokter dengan caranya tersendiri wajib menginformasikan hal itu secara langsung kepada si pasien.

Menentukan Keadaan Umum (Status Performance) Penderita

Setelah semua tahap di atas dijalani sampai mendapatkan kesimpulan jenis kanker apa dan seberapa parahnya, maka sebelum menentukan therapy yang akan diberikan, seorang dokter harus menilai dulu keadaan umum atau kondisi penderita. Mungkin saja tingkat keganasan tumornya masih rendah tapi kondisi tubuh yang lain dalam keadaan payah, tentu mempengaruhi pilihan therapy dan dosis yang diberikan karena therapy kanker itu sendiri, khususnya kemoterapi, membawa efek samping yang luar biasa. Sehubungan dengan ini, disamping cara pengukuran lain, dikenal lebih umum penggunaan score dari Karnovski yang berskala dari 0 – 100. Makin baik kondisi penderita, ia akan memiliki score mendekati 100. Dikatakan therapy untuk kanker akan beresiko pada penderita dengan score di bawah 30, dimana seorang penderita sudah tidak mampu lagi menjalankan aktifitas kesehariannya tanpa dibantu orang lain. Dari sini juga akan dinilai penyakit atau gangguan apa saja yang menyertai penderita kanker. Bisa itu implikasi dari keganasannya atau mungkin penyakit yang berdiri sendiri, seperti; kelainan jantung, diabetes, gagal ginjal, liver, dan lain-lain.

Menentukan Pilihan Jenis Therapy

Ada beberapa bentuk therapy untuk keganasan yang memiliki respon berbeda antar satu jenis kanker dengan jenis kanker yang lain. Jenis therapy itu meliputi; pembedahan, khemotherapy, radiotherapy atau therapy penyinaran, therapy hormonal, dan biotherapy. Dari data dan penelitian yang telah dipelajari, sudah dapat dipastikan satu keganasan lebih sensitif terhadap therapy A dibandingkan dengan therapy B. Namun dalam penerapannya akan memberi hasil lebih optimal kalau dikombinasi antar jenis therapy itu. Sehingga di bidang onkologi, therapy ini dapat digolongkan menjadi: therapy utama, therapy tambahan, therapy komplikasi, dan therapy suportif / bantuan. Misalnya, tumor ganas payudara atau carcinoma mammae, pembedahan merupakan therapy utamanya, sedangkan khemotherapy dan atau radiotherapy menjadi therapy  tambahan. Jika dilakukan pembedahan, ada dua tujuan utamanya, kalau bukan untuk kuratif (mengambil bersih tumornya), pembedahan bisa bertujuan hanya sebagai therapy paliatif, dengan maksud meringankan atau memperbaiki kondisi penderita tanpa memandang pengangkatan tumor itu tuntas atau tidak.

Implementasi Therapy

Dari sini ditentukan jenis pembedahan apa yang akan diambil, kalau itu memerlukan pembedahan. Kalau dibutuhkan kemotherapy, seberapa lama dan berapa seri akan diberikan, kombinasi dari obat kemotherapy apa saja dan seberapa banyak dosisnya. Begitu juga untuk radiotherapy dan hormonal therapy, dengan telah melewati tahap-tahap sebelumnya, semestinya sudah dapat ditentukan berapa banyak dosisnya, lama dan rentang waktu pemberiannya. Ini merupakan tahap akhir penanganan kanker yang justru sangat melelahkan dan menyakitkan bagi penderita. Di samping waktu pelaksanaannya lama, juga mengingat efek samping yang ditimbulkan obat-obat khemotherapy ini amat sangat tidak mengenakkan. Tidak jarang banyak penderita yang kelahan, bosan, putus asa dan tersiksa menjalaninya sehingga terpaksa harus menyerah di tengah jalan, terutama bagi mereka yang terkena kanker bermetastase (menyebar) yang tidak bisa lepas menjalani therapy ini seumur hidupnya.

Evaluasi Dan Monitoring

Untuk mengetahui hasil therapy yang telah diberikan, perlu diadakan evaluasi secara berkala. Bisa setiap 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun bahkan sampai 5 tahun sekali secara periodik. Evaluasinya oleh dokter melalui pemeriksaan fisik yang dilakukan dan atau ditambah pemeriksaan penunjang seperti yang sebelumnya dikerjakan, terutama untuk mendeteksi ada tidaknya sisa atau pertumbuhan penyebaran tumor itu lebih lanjut. Dari monitoring ini dapat saja seorang onkolog menurunkan dosis dan memperpanjang waktu serial therapy yang akan diberikan. Di sini dibutuhkan lagi disiplin serta semangat tinggi para penderita.

Bagi anda yang sedang berjuang melawan kanker, jangan putuskan asa anda, jangan patahkan semangat anda. Kuatlah berjuang. Isi waktu anda dengan aktivitas keseharian seperti biasa, jangan terlalu terlarut dengan kesedihan dan penyesalan diri. Studi membuktikan, bagi mereka yang bisa berpikir posistif apalagi mempunyai tipe kepribadian yang ekstrovert akan dapat meningkatkan 5 year survival rate-nya. Bisa menjalani hidup lebih lama dari prediksi yang diperkirakan sebelumnya…..

dr. Eka Kusmawan, SpB
Kepala Instalasi Kamar Operasi dan Ketua SMF Bedah Surya Husadha Hospital, Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar